Drs. Marjoni Rachman, M.Si
I. Pendahuluan
Secara etimologis manajemen berasal dari kata“man ag e ”, yang artinya
mengemudikan, memerintah, memimpin atau dapat pula diartikan sebagai
pengurusan. Istilah manajemen itu sendiri hingga saat ini belum ada
keseragaman dalam pengertiannya, karena penafsiran dari para pakar juga
berbeda-beda. Oleh sebab itu salah satu cara untuk memahami manajemen
dapat dilakukan dengan mempelajari latar belakang manajemen yang ada
pada masa kini, atau sering pula dikenal sebagai manajemen modern.
Mempelajari latar belakang manajemen modern berarti sama halnya dengan
menengok kembali jalannya sejarah di masa yang lalu. Memang sukar bagi
kita untuk menetapkan pangkal dari mana kita harus memulai, karena
sejarah manajemen sama tuanya dengan sejarah peradaban ummat manusia.
Manajemen itu pada mulanya timbul karena adanya keterbatasan atau ketidakmampuan manusia akan suatu keahlian dalam usaha
mewujudkan suatu cita-cita atau tujuan tertentu. Karena
keterbatasan-keterbatasan tersebut, maka terdoronglah hasrat untuk
melakukan suatu kerjasama dengan maksud untuk mempermudah tercapainya
tujuantersebut.
Pada masa peradaban Mesopotamia dan Mesir Kuno. Sekitar tahun 1200 SM,
sudah ada tanda-tanda adanya pengetahuan dan model yang menggunakan
tenaga manusia yang terorganisir, disamping sudah ada pula
peralatan-peralatan yang menunjang dalam menjalankan suatu usaha
meskipun sifatnya masih tradisional.
Dengan keadaan tersebut di atas menunjukkan bahwa praktek-praktek
manajemen pada saat itu sudah ada, walaupun masih sederhana dan
prosesnya pun belum dapat dikatakan ilmiah, karena belum menggunakan
metode-metode ilmiah.
Pada pertengahan abad XVIII dengan adanya “revolusi industri” bangsa
Eropa mulai menggunakan metode-metode manajemen yang sistematis.
Walaupun laju perkembangan daripada manajemen pada saat itu masih
lambat.
Manajemen yang sifatnya“konvensional ”, yaitu setiap tindakan yang
selalu berdasarkan pertimbangan terhadap “tradisi” yang ada, pada saat
itu sudah ditinggalkan dan yang mereka gunakan adalah manajemen
“sistematis”. Di dalam manajemen sistematis itu seorang manager dalam
memecahkan permasalahan disamping memperhitungkan tradisi,
jugamempertimbangkan pengalaman-pengalamannya serta
pengalaman-pengalaman orang lain yang berhasil dengan baik.
Baru pada Abad XIX apa yang disebut dengan “Scientific Management
Movement” mulai berkembang. Beberapa tokong penting yang mempelopori
pengembangan “scientific management”, antara lain adalah : Frederick
Winslow Taylor; Hendry Fayol’; Charles Babbage; Elton Mayo, dan
lain-lain
Frederick W. Taylor yang dijuluki sebagai “Bapak Manajemen Ilmiah”,
karena dia yang pertama kali mengemukakan ide tentang manajemen yang
menggunakan metode-metode ilmiah. Menurut Taylor, kesulitan pokok yang
sering dihadapi oleh para manager adalah : kekurangan akan pengetahuan
mengenai apa yang diharapkan oleh suatu organisasi dan kesulitan dalam
menyampaikan apa yang dikehendaki oleh manager terhadap bawahannya.
Beberapa aspek baru dari manajemen yang dikemukakan oleh Taylor pada
saat itu adalah :
a) Metode ilmiah menjadi usang. Usnur-unsur setiap pekerjaan kini ditentukan dengan cara ilmiah.
b) Perlu adanya latihan dan seleksi dari para pekerja, yang di dasarkan pada ilmu pengetahuan.
c) Mutlak perlu adanya kerjasama antara manajemen dan pekerja untuk memperoleh hasil yang baik.
Henry Fayol adalah salah satu tokoh besar yang mempelopori Ilmu
Manajemen. Fayol semasa hidupnya memegang jabatan sebagai Direktur
sebuah perusahaan besi dan baja di Perancis. Fayol adalah orang pertama
yang menganalisis dan merinci kaidah-kaidah/fungsi-fungsi manajemen,
yakni forecasting, planning, organizing, commanding, coordinating dan
actuating. Dia juga menyatakan secara tegas bahwa manajemen dapat dan
bisa dipelajari.
Tokoh lain yang mempelopori gerakan Manajemen Ilmiah adalah Charles
Babbage, seorang maha guru Matematika dari Cambridge University di
Inggris. Di dalam bukunya yang berjudul “The Economy of Manufacture”,
Babbage mengatakan bahwa pentingnya efisiensi di dalam proses produksi
suatu barang, dalam hal ini adalah efisiensi para pekerja.
Efisiensi yang dimaksud oleh Babbage tersebut terdiri dari :
a) Penghematan dalam mendidik pekerja.
b) Penghematan dalam memakai material belajar.
c) Menghemat waktu dan menghindari perpindahan kerja.
d) Penghematan dalam tukar menukar alat kerja.
e) Pekerja lebih ahli.
f) Penggunaan tenaga mesin untuk mengganti tenaga manusia
Pada tahun 1924 seorang tokoh bernama Elton Mayo mengadakan penelitian
mengenai pengaruh sinar lampu pada hasil pekerjaan di pabrik Howthorne.
Penelitian ini dikenal dengan sebutan “Howthorne Study” dan
penemuan-penemuannya mengenai pengaruh emosi seseorang terhadap hasil
kerja.
Elton Mayo juga menginterpretasikan manajemen sebagai kepemimpinan
terhadap orang-orang dan merupakan tugas social seseorang terhadap orang
lain.
Tokoh lainnya adalah Russel Rob. Russel mengatakan bahwa para manager
dapat lebih banyak belajar dari pengalaman berabad-abad dari organisasi
militer, tetapi harus selalu mengingat prinsip bahasa organisasi yang
dipilih, yaitu tergantung pada kondisi dan jenis hasil yang ingin mereka
peroleh. Russel beranggapan bahwa manajemen merupakan teknik horizontal
dan dapat diterapkan pada segala jenis aktivitas.
Demikianlah beberapa orang pionir Ilmu Manajemen dan tentu saja masih
banyak lagi tokoh-tokoh lain yang juga berjasa mengembangkan “Scientific
Management” yang kita kenal pada saat ini.
II. Pengertian Manajemen
Pada umumnya istilah manajemen berhubungan dengan usaha untuk mencapai
tujuan tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang tersedia
seefektif dan seefisien mungkin.
Untuk memperjelas pengertian manajemen itu, maka berikut ini akan
dikutip beberapa pendapat dari para ahli manajemen. Walaupun
pendapat-pendapat tersebut berbeda-beda antara yang satu dengan yang
lain, tetapi pada hakekatnya mempunyai unsur-unsur yang sama.
Menurut George R. Terry, manajemen adalah pencapaian suatu tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya melalui usaha-usaha orang lain.
Pada bagian lain Terry juga mengatakan bahwa manajemen adalah proses
yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan planning, organizing,
actuating dan controlling, dimana pada masing-masing bidang digunakan
baik ilmu pengetahuan maupun keahlian, dan yang diikuti secara beruntun
dalam rangka usaha mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya.
James Stoner berpendapat bahwa manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian usaha- usaha para anggota
suatu organisasi dan penggunaan sumber daya lain yang ada dalam
organisasi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Selanjutnya Ordway Tead mengatakan bahwa “management is the process and
agency which direct and guides the operations of an organization in the
realizing of estabilished aims”. (Manajemen adalah proses dan perangkat
yang mengarahkan serta membimbing kegiatan-kegiatan suatu organisasi
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan ).
Di dalam Encyclopedia of the Social Sciences dikatakan bahwa manajemen
adalah suatu proses, dengan proses mana pelaksanaan suatu tujuan
tertentu diselenggarakan dan diawasi.
Sementara itu John F. Mee mengatakan bahwa manajemen adalah seni untuk
mencapai hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal, demikian pula
mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan maksimal, baik bagi pimpinan
maupun para pekerja serta memberikan pelayanan yang sebaik mungkin
kepada masyarakat.
Kemudian John D. Millet mengatakan bahwa management is the process of
directing and facilitating the work of people organized in formal group
to achieve a desired goal”. (Manajemen adalah proses memimpin dan
melancarkan pekerjaan dari orang-orang yang terorganisir secara formal
sebagai kelompok untuk memperoleh tujuan yang diinginkan ).
Dari pendapat para ahli tersebut di atas, maka diperoleh beberapa
intisari dari pengertian manajemen tersebut. Bahwa manajemen itu
dikatakan sebagai seni dan juga sekaligus ilmu pengetahuan.
Dengan demikian maka dapat didefinisikan bahwa manajemen itu adalah seni
dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan
dari pada sumber daya, khususnya sumber daya manusia dalam usaha untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan efektif dan efisien.
Bertolak dari pengertian manajemen tersebut, maka kita dapat membahas
atau mempelajari lebih lanjut segala aspek yang ada di dalam Ilmu
Manajemen tersebut.
III. Pendekatan-Pendekatan Manajemen
Pemikiran tentang manajemen telah dipengaruhi oleh banyak disiplin ilmu
pengetahuan yang telah mapan, seperti Ilmu Ekonomi,Teknik, Hukum,
Administrasi Negara, Psikologi, Sosiologi dan lain-lain.
Pengaruh dari disiplin-disiplin ilmu tersebut menyebabkan berbagai
pikiran tentang manajemen berbeda, dan antara yang satu dengan yang lain
pun berbeda pula. Peristiwa ini menimbulkan berbagai macam aliran
manajemen, teori manajemen, ajaran manajemen maupun berbagai pendekatan
dalam Ilmu Manajemen.
Berbagai buku teks telah membahas adanya bermacam-macam pendekatan
manajemen dan jika buku-buku teks tersebut kita gabung, maka akan kita
jumpai sedikitnya terdapat 12 pendekatan manajemen yang masing-masing
mempunyai identitas yang jelas.
Pendekatan yang pertama adalah pendekatan empirikal atau kasus. Di dalam
pendekatan ini dipelajari pengalaman-pengalaman, peristiwa-peristiwa
atau kasus-kasus dari pada manajemen. Atas dasar pengalaman, peristiwa
dan kasus dapat dipelajari bagaimana sukses diraih atau bagaimana
kegagalan seseorang terjadi.
Kelemahan utama di dalam pendekatan empirikal ini adalah bahwa
pengalaman saja belumlah cukup untuk merumuskan pedoman tindakan di masa
depan, sebab kondisi yang ada di masa yang akan datang hampir tidak
pernah sama dengan kondisi di masa lalu. Untuk itu agar pendekatan
empirikal ini dapat dilakukan secara lebih efektif diperlukan cara
berfikir kreatif untuk meramalkan kondisi-kondisi masa depan melalui
gejala-gejala yang ada pada masa kini.
Pendekatan yang kedua adalah pendekatan inter-personal. Cara mempelajari
manajemen melalui pendekatan inter-personal ini adalah dengan
mempelajari hubungan antar-pribadi yang terjadi dalam organisasi.
Dasar pemikiran pendekatan inter-personal ini adalah bahwa usaha untuk
mencapai tujuan tidaklah mungkin dilakukan secara sendiri-sendiri atau
melalui pribadi-pribadi, melainkan para pribadi ini harus bekerjasama
dengan pribadi-pribadi lain.Dalam bentuk kerjasama tersebut terjadilah
kontak hubungan pribadi dan dalam hubungan pribadi ini terjadi peristiwa
manajemen yang menjadi obyek penelitian.
Pendekatan yang keti ga adalah pendekatan perilaku kelompok. Dengan
menggunakan pendekatan ini dapat diperoleh rumusan tentang berbagai
faktor yang mempengaruhi tindakan manusia dalam mencapai tujuannya atau
yang lebih dikenal sebagai faktor lingkungan manajemen dan organisasi.
Dengan bantuan Ilmu Sosiologi, di dalam pendekatan perilaku kelompok ini
dapat dipelajari hubungan antar kelompok. Dalam hubungan antar kelompok
dapat ditemukan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan
seseorang dalam kegiatan manajemen dan organisasi.
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah sikap, kebiasaan, tekanan,
konflik, perbedaan budaya, organisasi informal, kondisi sosial, insentif
dan lain sebagainya.
Pendekatan yang keempat adalah pendekatan sistem social kerjasama.
Pendekatan ini mempelajari manajemen dengan mempelajari hubungan manusia
di dalam sistem sosial kerjasama.
Dalam sistem sosial kerjasama ternyata faktor distribusi akan hasil
kerjasama sangat mempengaruhi kerjasama itu sendiri. Dengan demikian
pendekatan ini memperkenalkan kaidah keadilan bagi suksesnya suatu
kerjasama antar manusia dalam kelompok kerjasama antar mereka.
Pendekatan yang kelima adalah pendekatan sistem sosial teknikal. Akibat
kemajuan di bidang teknologi yang dirintis sejak zaman revolusi
industri, penggunaan alat-alat kerja dan mesin-mesin yang semakin
canggih telah memberikan pengaruh yang besar dalam keseimbangan
kerjasama antar manusia.
Oleh sebab itu kaidah keadilan saja tidaklah cukup untuk menjamin
kelangsungan kerjasama antar manusia, tetapi sistem keteknikan juga
harus dipertimbangkan dan dibuat keseimbangan antara sistem social
dengan sistem keteknikan tersebut, guna menjamin kelancaran kerjasama.
Pendekatan yang keenam adalah pendekatan teori keputusan. Pendekatan ini
mempunyai pandangan bahwa sukses dan tidaknya usaha mencapai tujuan
tergantung pada pemilihan alternatif kegiatan mencapai tujuan itu
sendiri.
Hal tersebut dapat dimaklumi karena untuk kegiatan mencapai tujuan
memang memiliki banyak alternatif, banyak jalan dan cara. Dengan alat
bantu analisis berupa model-model dan matematika ( operation research ),
maka pilihan alternatif keputusan akan bertambah baik.
Pendekatan yang ketujuh adalah pendekatan sistem. Pendekatan ini di
dalam mempelajari manajemen menggunakan teknik system manajemen secara
total, kemudian dipelajari sub-sub sistemnya, seperti perencanaan,
pengorganisasian, dan sebagainya.
Sumbangan pendekatan sistem ini pada Ilmu Manajemen adalah dapat
diketahuinya hubungan yang teratur antara sub-sub sustem manajemen,
sehingga berdasarkan pengetahuan ini orang dapat menciptakan mesin-mesin
untuk kepentingan manajemen.
Pendekatan yang kedelapan adalah pendekatan operasional. Pendekatan ini
mempelajari manajemen dengan mempelajari praktek-praktek para manager.
Hasilnya para manager di dalam menjalankan tugasnya ternyata
menggabungkan berbagai ilimu pengetahuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya.
Dengan demikian di dalam pendekatan operasional ini tugas manager adalah
memilih berbagai ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk mengetahui
masalah dalam praktek manajemen.
Pendekatan yang kesembilan adalah pendekatan peran tim manajemen.
Pendekatan ini mempelajari manajemen dari sisi “bagaimana” para manager
bekerja.
Dari hasil pengamatan para pendukung pendekatan peran tim manajemen ini
disimpulkan bahwa para manager tidak pernah bekerja sendirian, melainkan
mereka bekerja secara tim. Kesimpulan pendekatan ini adalah pembedaan
peran manager yang dapat dibedakan ke dalam 4 (empat) peran, yaitu :
1. Sebagai Produser;
2. Sebagai Administrator;
3. Sebagai Enterpreneur;
4. Sebagai integrator.
Pendekatan yang kesepuluh adalah pendekatan kontingensi atau
situasional. Pendekatan ini didasarkan kepada kelemahan-kelemahan pada
pendekatan empirikal atau kasua, yaitu bahwa kasus yang sama tidak
pernah terulang lagi karena situasi dan kondisi yang terus berubah.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka para penganut pendekatan
kontingensi atau situasional ini menganjurkan agar setiap keputusan
manajemen menyesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat keputusan
itu diambil.
Pendapat utama para penganut pendekatan kontingensi atau situasional ini
adalah bahwa tidak ada resep terbaik untuk mengatasi masalah tertentu
selain menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang berbeda.
Pendekatan kontingensi atau situasional ini memaksa para manager untuk
terus memantau perubahan situasi dan kondisi yang terjadi. Dengan
demikian peran riset dan pengembangan menjadi bagian penting dalam
aktivitas manajemen.
Pendekatan yang kesebelas adalah pendekatan matematikal. Para pakar
menemukan bahwa setiap hubungan dapat dibuatkan model matematikalnya.
Misalnya hubungan pemakaian bahan baku dengan jumlah yang dapat
diproduksi dengan bahan baku yang tersedia.
Sebagai contoh, bahan baku yang tersedia ada 2.000 unit. Produk A setiap
unit memerlukan bahan baku sebanyak 4 unit dan produk Bunitnya
memerlukan bahan baku sebanyak 5 unit. Model matematika dari hubungan
ini adalah : 4A + 5B = 2.000.
Didasari oleh penemuan tersebut, maka manajemen pun dapat dipelajari dengan model matematika tersebut.
Pendekatan yang terakhir atau pendekatan yang keduabelas adalah
pendekatan peran manajerial. Pendekatan ini mempelajari manajemen dari
“apa” yang dilakukan para manajer sehari-hari.
Para penganut pendekatan peran manajerial ini menemukan bahwa apa yang
dikerjakan oleh para manager tidak sama seperti digambarkan sebelumnya,
yakni melakukan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan
pengawasan, tetapi melakukan pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :
1. Kepala dalam organisasi;
2. Pemimpin dalam organisasi;
3. Wakil organisasi dalam bertindak keluar;
4. Penerima informasi;
5. Penterjemah informasi;
6. Juru bicara/humas organisasi;
7. Wirausaha;
8. Penangkal gangguan organisasi;
9. Pembagi sumber daya dalam organisasi;
10. Negosiator bagi organisasi.
IV. Fungsi-Fungsi Dasar Manajemen
Pada pembahasan terdahulu telah disinggung secara sepintas mengenai
fungsi-fungsi dasar manajemen. Pendapat para ahli mengenaifungsi-fungsi
dasar manajemen ini terdapat banyak sekali pandangan yang berbeda-beda
satu sama lain, namun pada dasarnya pendapat-pendapat tersebut mempunyai
beberapa kesamaan.
George R. Terry di dalam bukunya yang berjudul “Principles of
Management” merumuskan bahwa fungsi-fungsi dasar manajemen itu terdiri
dari planning, organizing, actuating dan controlling.
Menurut Terry keempat fungsi dasar manajemen tersebut sangat fundamental
dalam setiap proses manajemen, hingga dia mengemukakan pula semacam
alat untuk mengingat-ingat ( Memory Device ), yaitu apa yang disebut
oleh Terry dengan istilah POAC.
Luther Gullick mengemukakan bahwa tugas manager dalam pelaksanaan
manajemen meliputi fungsi-fungsi yang dapat dirumuskan dengan memory
deviceI POSDCORB, yaitu planning, organizing, staffing, directing,
coordinating, reporting dan budgeting.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih luas tentang pendapat para pakar
mengenai fungsi-fungsi dasar manajemen, maka berikut ini disajikan
beberapa pendapat.
• Pendapat Para Pakar Tentang Fungsi-Fungsi Dasar Manajemen
• Henry Fayol: Planning, Organizing, Commanding, Coordinating dan Controlling
• Louis A. Allen: Leading, Planning, Organizing dan Controlling
• Lindall F. Urwick: Forecasting, Planning, Organizing, Commanding, Coordinating dan Controlling
• William H. Newman: Planning, Organizing, Assembling Resources, Directing dan Controlling
• Harold Koontz & Cyrill O’Donnell: Planning, Organizing, Staffing, Directing dan Controlling
• Luther Gullick: Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting dan Budgeting
• George R. Terry: Planning, Organizing, Actuating dan Controlling
Dari uaraian di atas ternyata bahwa dalam berbagai teori yang nampak
beraneka ragam itu terdapat banyak kesamaan yang fundamental, hingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa berbagai fungsi dasar manajemen yang
dikemukakan oleh para pakar tersebut memang merupakan fungsi-fungsi yang
terdapat dalam proses manajemen, namun sudut pandang dan
pengelompokkannya yang berbeda.
Namun demikian di dalam prakteknya pendapat George R. Terry lebih banyak
dijadikan sebagai acuan. Hal ini disebabkan karena disamping lebih
sederhana, disebabkan pula karena fungsi-fungsi dasar manajemen yang
dikemukakan oleh para pakar yang lain sudah tercakup di dalam keempat
fungsi dasar manajemen yang dikemukakan oleh George R. Terry.
Fungsi Coordinating misalnya, menurut Terry fungsi ini juga terdapat
dalam proses manajemen, namun sudah tercakup di dalam keempat fungsi
dasar yang dikemukakannya.Demikian pula halnya dengan Leading, menurut
Terry fungsi tersebut di dalam proses manajemen memang ada, namun sudah
tercakup di dalam fungsi Actuating.
Kemudian Forecasting, sebagai tahap pertama dalam proses manajemen. Para
ahli lainpun sepakat bahwa kegiatan Forecasting tersebut terdapat dalam
proses manajemen, namun sudah tercakup atau merupakan bagian dari
fungsi dasar Planning.
Sedangkan Directing menurut Terry fungsi tersebut bagiana unsur dari
pada fungsi dasar Actuating. Atau dengan kata lain bahwa didalam fungsi
dasar Actuating sudah tercakup pula fungsi Directing.
website : http://administrasinegaraku.blogspot.com/2011/05/azas-azas-manajemen.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar